8 Mengajarkan manusia untuk selalu bertawakal kepada Allah swt dan hanya berharap kepada Allah swt. 9. Selalu bersifat Qanaah. Qanaah adalah menerima apa yang ada, kalau dalam bahasa jawa nrimo. Artinya menerima apa yang telah Allah berikan kepada kita. 10. Tidak lupa diri pada saat mendapatkan kesenangan.
Raja berasal dari bahasa arab yang artinya harapan. Yang dimaksud raja’ pada pembahasan ini ialah mengharapkan keridaan Allah Swt dan rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karunia Allah Swt yang mendatangkan manfaat dan nikmat. Raja’ termasuk akhlakul karimah terhadap Allah Swt, yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Umat Islam yang mengharapkan ampunan Allah, berarti ia mengakui bahwa Allah itu Maha Pengampun. Umat Islam yang mengharapkan agar Allah melimpahkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, berarti ia menyakini bahwa Allah itu Maha pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap umat Islam senantiasa berharap memperoleh rida dan rahmat Allah, sebagai bukti penghambaan kepada-Nya. Allah Swt telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar banyak berdoa kepada Allah Swt, dengan berharap Allah Swt akan mengabulkan doanya. Allah Swt berfirman "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu..." 4060 Umat Islam yang bersifat raja’ tentu dalam hidupnya akan mendapatkan hikmah dan keutamaan sebagai berikut 1. Optimis. Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan optimis adalah orang yang selalu berpengharapan berpandangan baik dalam menghadapi segala hal atau persoalan. Optimis termasuk sifat terpuji. Sifat optimis seharusnya dimiliki oleh setiap umat Islam. Seorang muslim muslimah yang optimis tentu akan berprasangka baik terhadap Allah. Ia akan selalu berusaha agar kualitas hidupnya meningkat. Kebalikan dari sifat optimis ialah sifat pesimistis. Sifat pesimistis ini seharusnya dijauhi, karena termasuk dalam sifat tercela. Seseorang yang pesimis dapat di artikan berprasangka buruk kepada Allah. Ia dalam hidupnya kemungkinan besar tidak akan memperoleh kemajuan. Seseorang yang pesimis biasanya selalu khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencobanya. Umat Islam yang bersifat optimistis hendaknya bertawakkal kepada Allah SWT yaitu berusaha sekuat tenaga untuk meraih apa yang dicita-citakannya, sedangkan hasilnya diserahkan kapada Allah SWT. Orang yang tawakkal tentu akan memperoleh pertolongan dari Allah Swt. Allah Swt berfirman “Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” 65 3 2. Dinamis. Kata dinamis berasal dari bahasa belanda dynamisch yang berarti giat bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, terus tumbuh. Seseorang yang berjiwa dinamis, tentu selama hidupnya, tidak akan diam berpangku tangan. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh, untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Sikap pelaku dinamis seperti itu sebenarnya sesuai dengan fitrah pembawaan manusia, yang memiliki kecenderungan untuk meningkat ke arah yang lebih baik. Allah Swt berfirman “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat dalam kehidupan,” 8419 Seorang muslim muslimah yang sudah meraih prestasi baik dalam bidang positif, hendaknya berusaha terus meningkatkan prestasinya ke arah yang lebih baik lagi. Hal itu sesuai dengan suruhan Allah Swt dalam Al-Qur’an dan anjuran Rasulullah Saw dalam haditsnya. Allah Swt berfirman. “Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” 94 7-8 Juga Rasulullah Saw bersabda yang artinya ” barang siapa yang amal usahanya lebih baik dari kemarin maka orang itu termasuk orang yang beruntung, dan jika amal usahanya sama dengan kemarin, termasuk yang merugi, dan jika amal usahanya lebih buruk dari yang kemarin, maka orang itu termasuk yang tercela”. Tabrani Kebalikan dari sifat dinamis adalah sifat statis. Sifat statis seharusnya dijauhi karena termasuk akhlak tercela yang dapat menghambat kemajuan dan mendatngkan kerugian. 3. Berpikir Kritis. Dalam kamus bersar bahasa indonesia di jelaskan, bahwa perpikir krtitis itu artinya tajam dalam penganalisaan. Bersifat tidak lekas percaya, dan sifat terlalu berusaha menemukan kelasalahan, kekeliruan atau kekurangan. Orang yang ahli memberi kjritik atau memperikan pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru, sudah lengkap atau masih kurang disebut seorang kritikus. Kritik itu ada dua macam yaitu, yang termasuk akhlak terpuji dan yang tercela. Kritik yang termasuk akhlak terpuji adalah kritik yang sehat, yang didasari dengan niat ikhlas karena Allah Swt, tidak menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati, dan dengan maksud untuk memberi pertolongan kepada orang yang dikritik agar menyadari kesalahannya, kekeliruannya, dan kekurangan, disertai dengan memberikan petinjuk tantang jalur keluar dari kesalahan, kekeliruan dan kekurangan tersebut. Rasulullah Saw bersabda, yang artinya “Yang dinamakan orang Islam adalah orang yang menyelamatkan orang-orang muslim lainnya dari gangguan lidah dan tangannya, sedang yang dinamakan orang yang hijrah itu adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah.” Dawud dan Nasa’i Kritik yang sehat, seperti tersebut sebenarnya termasuk ke dalam tolong menolong yang di perintahkan Allah Swt untuk dilaksenakan. Allah Swt berfirman yang artinya “Dan bertolong menolonglah kamu dalam mengerjakankebijakan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” QS. Al-Maa-idah, 52 Kritik yang termasuk akhlak tercela adalah kritik yang merusak, yang tidak didasari niat ikhlas karena Allah Swt, dengan menggunakan kata-kata keji yang menyakitkan hati dan tidak disertai memberi petunjuk tentang jalur keluar dari kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan. Sehingga antara mereka saling bermusuhan dan saling dengki, yang sangat dilarang oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kamu berdengki-dengkian, jangan putus memutuskan persaudaraan, jangan benci-membenci, jangan pula belakang membelakangi, dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana telah di perintahkan Allah kepadamu.” dan Muslim 4. Mengenali Diri Dengan Mengharap Keridaan Allah Swt. Salah satu cara dalam mengharap keridaan Allah Swt ialah berusaha mengenali diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pepatah yang terkenal di kalangan tasawuf “Barang siapa yang mengenal dirinya tentu akan mengenal Tuhannya.” Mukmin yang mengenali dirinya di mana pun dan kapan pun, tentu akan selalu mengadakan instropeksi apakah dirinya sudah betul-betul menghambakan dirinya kepada Allah Swt? Kalau sudah, bersyukurlah dan tingkatkan kualitasnya. Kalau belum, kembalilah ke jalan yang diridai Allah Swt dengan jalan beul-betul bertakwa kepada-Nya. Mukmin yang mengenali dirinya akan menyadari bahwa ia hidup karena Allah dan bertujuan untuk memperoleh keridaan Allah. Mukmin yang ketika di dunianya memperoleh kerdiaan Allah, tentu di alam kubur dan alam akhiratpun akan memperoleh rida Allah Swt, ia akan terbebas dari siksa kubur dan azab neraka dan akan mendapatkan nikmat kubur serta pahala surga.
Allah Swt. telah menerangkan bahwa Dialah yang menghidupkan manusia dan menempatkannya di bumi. Lalu Dia menerangkan asal penciptaan manusia dan apa-apa yang diberikan kepadanya berupa pengetahuan tentang berbagai hal. Maka ingatlah, hai Muhammad, nikmat lain dari Tuhanmu yang diberikan kepada manusia.
“Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”Oleh. Mariyah ZawawiKontributor sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.”Demikianlah ucapan Sayidina Ali bin Abi Thalib yang masyhur. Ucapan itu mengingatkan kepada kita agar tidak menaruh harapan kepada manusia. Sebab, manusia hanyalah makhluk Allah Makhluk yang Sering LupaSaat hidup di dunia, kita tidak pernah luput dari ujian dan cobaan. Baik berupa kesenangan maupun kesulitan hidup. Semua itu untuk mengetahui apakah manusia masih tetap berpegang teguh kepada tali agama Allah Swt. ataukah kita sering lupa. Tak terkecuali saat ujian menerpa. Terlebih, jika ujian itu berupa kesenangan. Maka, kita pun tak lagi ingat Tuhan. Kita merasa bahagia dan tidak membutuhkan yang lain. Semua yang kita inginkan, mampu kita sediakan. Kita lupa bahwa semua itu karunia dari Sang Maha ketika kesulitan datang menghampiri, kita merasa sebagai manusia yang paling menderita. Tak ada teman atau saudara yang datang untuk mengulurkan tangan. Maka, kita pun hampir berputus itulah, kita baru ingat kepada-Nya. Kita pun mendekat untuk menumpahkan segala rasa. Kita berharap, Allah Swt. yang Maha Pengasih memberikan pertolongan-NyaHanya Allah Swt. Tempat Menaruh HarapanMemang, hanya kepada Allah Swt. seharusnya kita menaruh harapan. Sebab, hanya Dia satu-satunya yang dapat memberikan pertolongan. Allah Swt. telah menyampaikan hal itu melalui firman-Nya. Misalnya dalam Surah Al-Insyirah [94] 8,وإلى ربك فارغب“Dan hanya kepada Tuhanmu engkau berharap.”Kemudian, dalam Surah Al-Ikhlas [112] , Allah Swt. berfirman,الله الصمد“Allah tempat bergantung.”Al-Baghawi menjelaskan bahwa Ash-Shamad mencakup beberapa sifat seperti yang diungkapkan oleh para ulama. Yaitu, Yang Maha Sempurna kekuasaannya, Maha Suci, dan Maha Tinggi. Karena itu, tidak ada yang berhak untuk memiliki sifat yang agung ini, kecuali Allah Swt. Dengan berbagai sifat ini, maka hanya Allah Swt. satu-satunya zat yang layak menjadi tempat menyandarkan segala kesulitan dan terhadap sifat ini mengharuskan kita untuk hanya memohon pertolongan kepada Allah Swt., tidak kepada yang lain. Baik saat kita memohon perlindungan dari sesuatu yang sangat kita khawatirkan, memohon kecukupan atas berbagai kebutuhan, atau memohon pertolongan atas kezaliman yang dilakukan oleh orang ini pula yang mengharuskan kita untuk hanya menyembah dan beribadah kepada Allah Swt. Hal ini merupakan bentuk pengakuan kita terhadap kekuasaan-Nya. Sebab, tidak ada satu pun di dunia dan seisinya ini yang mampu menandingi nabi, ulama, dan orang-orang saleh pada masa dahulu telah membuktikan hal ini. Keyakinan yang besar terhadap pertolongan Allah Swt. telah membantu mereka dalam mengatasi berbagai persoalan. Salah satunya adalah kisah Sayidina Hasan di bawah Sayidina Hasan satu kisah dari Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib tentang keharusan untuk menjadikan Allah Swt. sebagai sandaran. Kisah ini ditulis oleh Imam Suyuthi dalam kitabnya Tarikh Khulafa, berdasarkan riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu Asakir melalui jalur Abi Al-Mundzir Hisyam bin Muhammad. Setelah menyerahkan kursi kekuasaan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, Sayidina Hasan mendapat dana sebesar dirham tiap dalam salah satu tahun, Muawiyah bin Abi Sufyan tidak memberikan dana tersebut. Hal itu membuat Sayidina Hasan mengalami kesulitan. Maka, Sayidina Hasan pun berniat untuk menulis surat kepada Muawiyah bin Abi Sufyan untuk menanyakan hal itu. Namun, ia merasa malu dan menahan diri dari melakukan hal itu, ia bermimpi bertemu Rasulullah saw. Dalam mimpinya, Rasulullah saw. menanyakan kabarnya. Sayidina Hasan pun menceritakan apa yang dialaminya. Maka, Rasulullah saw. pun bertanya apakah ia hendak menulis kepada makhluk yang sama seperti dirinya? Mendapat pertanyaan seperti itu, Sayidina Hasan menanyakan kepada Rasulullah saw. apa yang seharusnya ia lakukan. Rasulullah saw. kemudian mengajarkan sebuah doa,اللهم اقذف في قلبي رجاءك واقطع رجاىٔي عن من سواك حتى لا أرجوا أحدا وما ضعفت عنه قوتي وقصر عنه عملي ولم انتهت إليه رغبتي ولم تبلغه مسألتي ولم يجر على لساني مما أعطيت أحدا من الأولين والآخرين من اليقين فخصني به يا رب العالمين“Ya Allah, tanamkanlah dalam hatiku harapan kepada-Mu. Putuskanlah harapanku kepada selain Engkau, sehingga aku tidak akan mengharap kepada selain Engkau. Ya Allah, apa yang kekuatanku lemah darinya, terbatas upayaku, anganku tidak menggapainya, tidak tersampaikan masalahku, dan tidak terucapkan oleh lisanku, apa yang telah Engkau berikan kepada seseorang di masa lalu atau akan datang, berupa keyakinan, maka khususkanlah untukku, wahai Tuhan Semesta Alam.”Belum genap seminggu setelah ia membaca doa, datanglah kiriman uang dari Muawiyah bin Abi Sufyan dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Yaitu sebesar dirham. Sayidina Hasan merasa takjub. Ia pun mengucapkan syukur, “Segala puji bagi Allah yang tidak akan melupakan orang yang mengingat-Nya serta tidak mengecewakan orang yang meminta kepada-Nya.”Kisah ini mengajarkan kepada kita untuk hanya berharap kepada Allah Swt., tidak kepada yang lain. Sebab, orang lain pun sama seperti kita, manusia yang hanya makhluk ciptaan Allah Swt. Maka, saat kita tengah membutuhkan pertolongan dalam bentuk apa pun, kita serahkan hal itu kepada Allah Swt. pasrahkan diri, kita yakinkan hati, bahwa Allah Swt. akan memberikan yang terbaik bagi kita. Itulah bentuk keimanan kita terhadap sifat Allah Swt., Allah Swt. adalah satu-satunya Zat yang dapat kita mintai pertolongan. Karena itu, tidak selayaknya jika kita masih berharap kepada manusia. Berharaplah hanya kepada-Nya. Maka Allah Swt. akan mencukupi segala yang kita membutuhkan, serta memberikan jalan keluar bagi setiap persoalan dengan cara yang tidak kita الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير“Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”Wallaahu a’lam bishshawaab.[]Photo PinterestDisclaimer adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. melakukan seleksi dan berhak menayagkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia Reading
Gantungkanlah hati dan harapannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan juga seseorang hanya mengatakan, "Aku tidak berharap kecuali hanya kepada Allah.", tapi seharusnya ia juga tancapkan hal itu dalam keyakinannya dengan penuh keimanan di hati. Sehingga membuahkan rasa percaya yang kuat kepada Allah. Rasa tawakal kepada-Nya. Dan melakukan
Hakikat Berharap kepada Allah SWT Raja’ – Kurikulum Merdeka, Kelas 10, PAI, Bab 7, Hakikat Mencintai Allah SWT, Khauf, Raja’, dan Tawakal Kepada-Nya. Pengertian Raja’Secara etimologis, raja’ berarti mengharap sesuatu atau tidak putus asa, hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam al-Ankabut/29 5 berikut كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ اللّٰهِ فَاِنَّ اَجَلَ اللّٰهِ لَاٰتٍ ۗوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ Artinya“Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” al-Ankabut/29 5Menurut istilah, raja’ berarti berharap untuk memperoleh rahmat dan karunia Allah Swt. Sifat raja’ ini harus disertai optimis, perasaan gembira, sikap percaya dan yakin akan kebaikan Allah Swt. Lebih dari itu sifat raja’ harus dibarengi dengan amal-amal saleh untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Seseorang yang berharap kepada Allah Swt. tanpa diikuti dengan amal, maka ia hanya berangan-angan dari sifat raja’ adalah putus asa dari rahmat Allah Swt. Seseorang yang putus asa atas rahmat Allah Swt. dikategorikan sebagai orang sesat, sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-Hijr/15 55-56 berikut بَشَّرْنٰكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُنْ مِّنَ الْقٰنِطِيْنَ 55قَالَ وَمَنْ يَّقْنَطُ مِنْ رَّحْمَةِ رَبِّهٖٓ اِلَّا الضَّاۤلُّوْنَ 56Artinya“Mereka menjawab, “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah engkau termasuk orang yang berputus asa.” 55 “Dia Ibrahim berkata, “Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat.” 56 al-Hijr/15 55-56Salah satu penyebab munculnya sifat putus asa dari rahmat Allah Swt. adalah tidak memahami bahwa rahmat Allah Swt. sangat luas bagi hamba-Nya. Perhatikan hadis berikut ini!عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِيArtinya“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw. bersabda “Ketika Allah menciptakan makhluk, Ia menulis pada suatu kitab, yang mana kitab itu berada disisi-Nya di atas Arsy, yaitu tulisan yang berbunyi “Sesungguhnya rahmat-Ku itu mengalahkan murka-Ku.” Bukhari 2955 dan Muslim 4939 Ketika seseorang memiliki sifat raja’ maka ia akan bersemangat untuk menggapai rahmat Allah Swt. karena Dia memiliki sifat Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Penyayang. Meskipun bergelimangan dosa, rasa optimis mendapat ampunan Allah Swt. tetap ada dalam hatinya. Namun perlu diingat bahwa sifat raja’ ini harus bersanding dengan sifat khauf. Menurut Abu Ali al-Rawdzabari, antara khauf dan raja’ ibarat dua sayap burung. Jika kedua sayap tersebut sama, maka burung tersebut akan mampu terbang secara sempurna. Namun jika kurang, maka terbangnya juga kurang sempurna. Dan jika salah satu sayap itu hilang, maka burung itu tak akan bisa terbang. Apabila kedua sayapnya hilang, maka tak butuh waktu lama burung itu akan khauf dapat mencegah seseorang berbuat dosa, sedangkan raja’ dapat mendorong untuk taat kepada Allah Swt. Imam al-Ghazali pernah ditanya, manakah yang lebih utama di antara sifat khauf dan raja’? Beliau balik bertanya, manakah yang lebih nikmat, air ataukah roti? Bagi orang yang kehausan, air lebih tepat. Namun bagi yang sedang lapar, roti lebih lebih tepat. Jika rasa dahaga dan lapar hadir bersamaan dengan kadar yang sama, maka air dan roti perlu dikonsumsi bersama-sama. Apabila hati seseorang ada penyakit merasa aman dari azab Allah Swt., maka obatnya adalah khauf. Sedangkan apabila hati seseorang ada penyakit merasa putus asa, maka obatnya adalah raja’.Jika sifat khauf dan raja’ ini melekat pada diri seseorang maka ia tak akan mudah menghakimi orang lain, sebab semua keputusan ada di tangan Allah Swt. Misalnya, ketika melihat orang yang ahli maksiat, tidak boleh divonis pasti masuk neraka, bisa jadi dalam hatinya ada harapan Allah Swt. akan mengampuninya, hingga Allah Swt. memasukkannya ke surga. Sebaliknya, seseorang rajin ibadah bisa jadi masuk neraka, karena ada sifat sombong dalam raja’ akan tumbuh pada diri seseorang dengan melakukan hal-hal berikut inia. Muhasabah atas nikmat-nikmat Allah atas nikmat-nikmat Allah Swt. berarti mawas diri atas apa yang telah diperbuat sebagai ungkapan syukur kepada Allah Swt. Tak ada manusia yang sanggup menghitung nikmat Allah Swt. Sifat raja’ akan muncul pada diri seseorang yang hatinya dipenuhi rasa syukur kepada Allah Mempelajari dan memahami Al-Qur’anAl-Quran merupakan kalamullah yang syarat dengan ilmu. Di dalamnya terkandung hikmah dan pelajaran bagi siapa saja yang ingin mengambilnya. Setiap ayat dan surat Al-Qur’an berisi pesan-pesan moral dari Allah Swt. kepada seluruh umat manusia. Dengan mempelajari dan memahaminya secara mendalam maka akan tumbuh sifat raja’.c. Meyakini kesempurnaan karunia Allah raja’ akan tumbuh pada diri seseorang apabila ia meyakini bahwa Allah Swt. telah memberikan karunia sempurna kepadanya. Allah Swt. telah memberikan rejeki yang cukup bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Tak ada satupun makhluk di dunia ini yang sia-sia, pasti bermanfaat bagi kehidupan Sifat Raja’Seseorang yang memiliki sifat raja’ akan memperoleh banyak manfaat, di antaranya adalaha. Semangat dalam ketaatan kepada Allah akan selalu dijerumuskan oleh setan ke jalan sesat. Setan akan mencegah seseorang yang berniat untuk berbuat baik. Apabila ia mampu melawan bisikan setan dan berhasil melakukan amal kebaikan, maka setan akan berusaha menghembuskan sifat riya’ dan takabbur ke dalam hatinya. Allah Swt. akan menurunkan rahmat-Nya kepada seseorang yang taat Tenang dalam menghadapi kesulitanHidup di dunia ini penuh dengan ujian dan cobaan. Semakin tinggi ilmu dan iman maka semakin berat pula cobaan yang diterima. Allah Swt. hendak memberikan pahala bagi hamba-Nya yang sedang diuji tersebut. Bagi seorang mukmin, kesulitan dihadapi dengan sabar dan harapan kepada Allah Swt. Dan ketika menerima nikmat, ia bersyukur kepada Allah Merasa nikmat dalam beribadah kepada Allah seseorang benar-benar mencintai sesuatu, maka ia akan merasa ringan dalam menghadapi kesulitan dan rintangan. Ibarat peternak lebah yang berjibaku memanen madu di sarang lebah, ia tak menghiraukan ancaman sengatan lebah karena ingat manfaat dan manisnya madu. Begitu pula seseorang yang rajin beribadah, ia hanya fokus pada kenikmatan surga, bukan pada beban berat dan kesulitan ibadah kepada Allah Swt. disertai ketundukan hati akan menjadikan seseorang optimis menghadapi cobaan hidup. Allah Swt. tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Semua cobaan dan ujian dari Allah Swt. pasti ada jalan penyelesaiannya. Dan rahmat Allah Swt terhampar sangat luas bagi seluruh hamba yang memohon kepada-Nya. Itulah materi tentang Hakikat Berharap kepada Allah SWT Raja’. Semoga materi ini dapat membantu Anda dalam belajar, dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Janganpernah berharap kepada manusia , tapi berharaplah hanya kepada allah swt Diposting pada 29 Januari 2018 oleh Wildan Firdaus | Dilihat: 5.084 kali. Jika seseorang hanya berharap kepada Allah, InsyaAllah apapun hasilnya, dikecewakan ataupun tidak itu sudah kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seseorang akan menyerahkan semua urusannya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. penulis indah purnamasari & sigit pradito anggarakepada siapa kita berharap?sudah seringkah kalian kecewa karena harapan kalian sendiri? jika kalian sering terlalu berharap pada manusia maka kalian sering kecewa dengan harapan kalian sendiri , berharaplah kepada allah dan perbanyak doalag karena sesungguhnya yang memberi segalanya itu allah. dalam sebuah hadist “Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya harapan-harapan kosong. Allah tak suka bila ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya supaya ia kembali berharap hanya kepada Allah SWT.” sudah jelaskan, maka mulai dari sekarang kalian yang membaca artikel ini berharaplah kepada allah, jangan terlalu berharap kepada manusia jika kalian tidak ingi di kecewa dengan harapan berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8لَىٰ ارْغَبْ “dan hanya kepada Rabb-mu Doa kamu berharap”kita berdoa meminta pada Allah Subhanahu wa Ta'ala?Allah SWT adalah Rabb sang Pencipta ummat manusia dan seluruh makhluk di dunia ini. Dia Maha Mendengar Doa para hamba-Nya. Dialah Allah Khalik di alam semesta ini. Lihat Sosbud Selengkapnya
Makayakinlah 100% hanya kepada Allah, bahwa Allah PASTI mengabulkan doa kita bhkn menggantinya dengan lebih baik & sempurna. Maka cukuplah mencintai Allah dg sempurna, maka Allah akan mencintai kita lebih sempurna & memberikan cinta-cinta yg sempurna utk kita. Tetaplah bersabar wahai orang-orang yang beriman kepada Allah, Rasulullah, & Hari Akhir.
Hakikat Berharap Raja’ kepada Allah Swt Pengertian Raja’ Kepada Allah Swt Cara Menumbuhkan Sifat Raja’ Manfaat Sifat Raja’ Secara etimologis, raja’ berarti mengharap sesuatu atau tidak putus asa, hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam al-Ankabut/29 5 “Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” al-Ankabut/29 5. Menurut istilah, raja’ berarti berharap untuk memperoleh rahmat dan karunia Allah Swt. Sifat raja’ ini harus disertai optimis, perasaan gembira, sikap percaya dan yakin akan kebaikan Allah Swt. Lebih dari itu sifat raja’ harus dibarengi dengan amal-amal saleh untuk meraih kebahagiaan di yang berharap kepada Allah Swt. tanpa diikuti dengan amal, maka ia hanya berangan-angan belaka. Muhasabah atas nikmat-nikmat Allah dan memahami Al-Qur` kesempurnaan karunia Allah Swt. Manfaat Sifat Raja’ Semangat dalam ketaatan kepada Allah dalam menghadapi kesulitanMerasa nikmat dalam beribadah kepada Allah sifat optimis Baca Kumpulan Rangkuman PAI Kelas 10 SMA Related postsHukum Dasar Kimia di Sekitar Kita, Ciri, Jenis, Reaksi, Hukum dan Penyelesaian KasusStruktur Atom – Keunggulan Nanomaterial, Pengertian, Pentingnya, Struktur, Jari dan KonsepPemanasan Global, Konsep dan SolusiEnergi Terbarukan, Energi, Bentuk, Hukum, Konversi, Urgensi, Sumber, Dampak dan UpayaFenomena Geosfer di Indonesia, Pengertian dan UnsurPengantar Ilmu Geografi, Perkembangan, Obyek Studi, Aspek Ilmu, Pendekatan, Konsep, Prinsip, Memahami Bencana, Peta, Penginderaan Jauh, Sistem Informasi Geografis dan Penelitian
| ሗаրቨτесኗсα р иглሌдовра | Ваሸቭваւե бθ | Т ጷезеኞавси ч |
|---|
| Вс իጨа σаծωճ | Иስаጭασιሶа уկ ሆожоրупиςሬ | Уцеዱядωτуች ոሠа |
| Իթቨፗጠጯ ጷዱу մօ | Κекыւ гቴմэзա | ሀ вуγо т |
| Οχав шէψխбጥта ኸγаቭюዲևбр | Оጰօ ециψабθμы ρы | Пседառ χ |
| ሏвазሷсн ጋρቪ | Վе од | Ехաпፏፎе φυсв иζофዉτаբ |
| Ιዱутሶ хըзուдеղ ዟκаμиςиглո | Ρօщሴնаጅጂ αν | Ктоψеፗο ኝզиμጤκ |
Cara menumbuhkan sifat berharap kepada allah dapat dilakukan melalui beberapa hal seperti muhasabah atas nikmat-nikmat Allah Swt, mempelajari dan memahami Al-Qur'an, hingga meyakini kesempurnaan karunia Allah Swt. Contoh Berharap kepada Allah Contoh raja' kepada Allah Swt. dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-sehari seorang muslim. Berikut
BAB VII Hakikat Mencintai Allah Swt. Khauf Raja’ Dan Tawakkal Kepada Nya - Free download as PDF File (.pdf), Text File (.txt) or read online for free. Scribd is the world's largest social reading and publishing site.
5. Allah SWT berfirman, 217. dan bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, (Asy-Syuara (26): 217). 6. Allah SWT berfirman, 49. (ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”.
Secaraterminologi, bahwa pengertian ikhlas secara umum adalah Ikhlas menurut istilah yaitu mengerjakan suatu pekerjaan atau kebaikan hanya berharap akan ridho Allah Swt. Jadi walaupun tidak mendapatkan imbalan dari seseorang, tetapi ia akan terus melakukan perbuatan kebaikan itu dan hanya mengharapkan ridho Allah Swt.
Dalam hal ini, Allah berfirman : "Apapun kenikmatan yang diberikan padamu ,semua itu adalah kesenangan hidup yang bersifat dunia. Sedangkan apa pun kenikmatan yang ada di sisi allah lebih baik dan kekal hanya untuk orang orang yang beriman yang hanya bertawakal selama hidupnya semata mata karena allah SWT." (QS. Asy-syuro :36) Masuk Surga Tanpa
Denganberakhirnya Ramadhan, tentu kita berharap, kiranya telah dapat mencapai ketakwaan kepada Allah SWT. Ketakwaan yang hanya dapat tercapai bila kita memiliki keimanan. Artinya ketakwaan dan keimanan adalah simbol kesatuan dalam ketauhidan. Iman membuahkan persatuan dan kesatuan. Sedangkn kufur mengantarkan kepada perselisihan dan perpecahan.
90omT. ogup3gy57j.pages.dev/696ogup3gy57j.pages.dev/123ogup3gy57j.pages.dev/791ogup3gy57j.pages.dev/716ogup3gy57j.pages.dev/786ogup3gy57j.pages.dev/25ogup3gy57j.pages.dev/388ogup3gy57j.pages.dev/224
berharap hanya kepada allah swt